Presiden Prabowo Subianto menegaskan sikapnya yang sangat tegas dalam menolak segala bentuk kontrak di bidang pertahanan yang melibatkan anggota keluarganya selama ia menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Hal ini demi memastikan tidak ada konflik kepentingan serta menghindari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang bisa mencederai integritas pemerintah.
Dalam sebuah dialog eksklusif dengan Steve Forbes dari Forbes Global CEO Conference 2025 yang digelar di Jakarta, Prabowo mengibaratkan korupsi sebagai penyakit kanker stadium akhir yang sangat sulit disembuhkan. Oleh karena itu, ia mengambil langkah awal yang kuat dengan memberi batasan tegas kepada keluarganya. Ia menganalogikan momen tersebut seperti saat ia pertama kali menjadi Menteri Pertahanan, langsung meminta agar kerabat dan keponakannya tidak menghubungi atau menawarkan kontrak apapun dalam sektor pertahanan kepadanya.
Prabowo juga membagikan pengalaman pribadi yang tidak mudah, di mana setelah tiga bulan menjabat, ia harus menolak proposal bisnis dari keponakannya sendiri karena merasa keponakannya belum memiliki pengalaman di bidang tersebut. Ia juga memerintahkan bawahannya menolak perusahaan yang ada kaitan dengan keluarga dalam proses tender kontrak pengadaan pertahanan. Sikap ini membuat hubungan Prabowo dengan keluarganya sempat renggang selama beberapa waktu, tapi ia percaya bahwa menjaga integritas adalah hal yang jauh lebih penting.
Keputusan ini menjadi contoh nyata komitmen Prabowo dalam melawan praktik KKN di pemerintahan, sekaligus menunjukkan keberanian dan ketegasan yang dibutuhkan untuk menjaga transparansi dan kejujuran dalam pengelolaan anggaran negara.
